Jumat, 19 Juni 2009

MEMASYARAKATKAN BUDAYA MENULIS DAN MEMBACA DI STAIS KUTAI TIMUR

Jika kita mengamati fenomena menulis saat saat ini mulai diangkat kepermukaan. Masyarakat mulai memandang kecerdasan seseorang tidak hanya diukur dari nilai hasil belajar yang tercantum di raport maupun KHS, akan tetapi kepiawaiannya dalam menulis juga diuji, misalnya seleksi penerimaan beasiswa dari KPC, menjadikan esai sebagai salah satu persyaratannya. Begitu juga beasiswa Djarum calon penerimanya harus mahasiswa yang aktif dalam organisasi kampus dan sebagai syarat lain yaitu penerimanya juga harus membuat esai dengan tema yang ditentukan oleh lembaga pemberi beasiswa.

STAIS Kutai Timur sebagai lembaga yang membidani lahirnya sarjana-sarjana muslim yang siap berdakwah dijalan Allah dalam menegakkan agama-Nya. Pena juga bisa di jadikan sebagai pengganti pedang dalam menegakkan agama Allah. Banyak orang yang tergerak hatinya untuk berjihad ke medan perang kerena membaca artikel yang ditulis oleh seseorang, sama halnya berdakwah itu tidak selamanya dengan lisan. Adakalanya penulis menyampaikan dakwah melalui media tulisan, bahkan terkadang lebih besar pengaruhnya atau dampak positifnya, seperti yang dilakukan oleh Habiburrahman El Shirazy yang lebih akrab disapa kang abik.
Dalam novelnya berjudul Ketika Cinta Bertasbih, beliau menguraikan sebuah kaedah ushul fiqh melalui sebuah dialogis yang hidup dan mudah dicerna, kreatifitas beliau mampu memberikan inovasi dalam bidang dakwah. Dan diakui karya beliau mampu memberikan pencerahan jiwa bagi pembacanya.

Niat awal kita menulis tentu bukanlah uang, akan tetapi terbukti menulis bisa menghasilkan uang. profit alias keuntungan yang tidak sedikit. Adalah suatu kebagian jika tulisan kita bermamfaat bagi orang lain. Jika kita berniat menulis untuk menghasilkan uang semata, maka kita akan mengalami kekecewaan ketika tulisan kita tidak laku, namun jika diniatkan kerena untuk menegakkan agama Allah insyaAllah anda tidak akan kecewa ketika tulisan itu tidak dapat disulap menjadi uang.

Kemaren saya baca di sebuah blog, ada sebuah nama Meldy Muzada Elfa yang dalam usia 14 tahun (kelas 2 SMP) telah menerbit dua buah buku fiksi dan berkali-kali menjadi pelajar teladan sekalimantan selatan. Kemudian ada Syamsa Hawa sijuara kelas yang dalam usia 13 tahun telah menulis puluhan cerpen dan dalam usia ke 14 tahun menerbitkan buku Dibalik Cahaya Rembulan (Era Intermedia, 2001) dan masih banyak nama lagi yang dengan usia belia sudah menghasilkan tulisan yang dimuat di berbagai media cetak.
BERSAMBUNG.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGARUH MINAT BELAJAR BAHASA ARAB TERHADAP KEMAMPUAN BERBAHASA ARAB MAHASISWA

LAMPIRAN PROPOSAL PENELITIAN MINAT BELAJAR BAHASA ARAB

KENANG-KENANGAN PPL DI SMAN 1 SANGATTA UTARA

Laporan PPL di SMAN 1 Sangatta Utara